Media Indonesia Times | Bulan Ramadhan seharusnya menjadi bulan untuk saling berlomba-lomba dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt bagi semua umat muslim, agar bisa meraih segala keuntungan dan anugerah yang Allah sediakan di dalamnya.
Tentu akan sangat merugi orang-orang yang berada di bulan Ramadhan namun ia tidak bisa meraih anugerah yang ada di dalam bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah yang bisa dilakukan oleh umat muslim di bulan yang penuh berkah ini sangatlah banyak jumlahnya, mulai dari memaksimalkan puasa, ibadah shalat wajib dan sunah, tadarus, zakat fitrah, sedekah, membagi takjil buka puasa dan lainnya.
Semua itu memiliki nilai ibadah dan keutamaan yang sangat agung di sisi Allah. Karenanya, bulan Ramadhan menjadi momentum yang sangat tepat untuk saling berlomba-lomba dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan mengerjakan ibadah-ibadah tersebut. Namun demikian, sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan dosa, terkadang ada juga yang masih lalai dengan bulan ini. Mereka sama sekali tidak menghiraukan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan, bahkan tidak merasa risau jika bulan penuh ampunan ini pergi dan dirinya tidak mendapatkan anugerah dan ampunan dari Allah.
Mereka lebih senang tertawa terbahak-bahak dengan dunia dan segala kesenangannya, daripada menangis karena takut tidak mendapatkan rahmat dari Allah.
Mereka lebih senang bersenang-senang daripada bersedih kepada Allah.
Berkaitan dengan hal ini, penting sekali untuk menyimak salah satu kisah ketika Imam Al-Hasan Bashri memarahi suatu kaum di bulan Ramadhan.
Kisah ini sebagaimana diabadikan oleh para ulama, untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua agar lebih menggunakan bulan Ramadhan dengan kegiatan yang lebih baik dan lebih positif. Kisah Imam Hasan Bashri Memarahi suatu Kaum di Bulan Ramadhan
Alkisah, suatu saat Imam Hasan Bashri melewati suatu tempat, di mana ia berjumpa dengan salah satu kelompok yang sedang tertawa terbahak-bahak di bulan Ramadhan.
Lantas, ia memarahi dan menasihati mereka, bahwa seharusnya Ramadhan ini dijadikan momentum untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah swt.
Sungguh sangat mengherankan, jika ada umat Islam yang bisa tertawa lepas di bulan yang penuh berkah ini, di mana banyak sekali orang-orang yang berhasil dalam menunaikan segala ketaatan hingga bisa meraih kemenangan, dan banyak juga orang-orang yang berbuat kesalahan hanya mendapatkan kerugian.
Kisah inspiratif ini diabaddikan oleh banyak ulama, di antaranya, Imam Al-Ghazali dalam karya monumentalnya Ihya Ulumiddin, Syekh Jamaluddin Al-Baghdadi dalam kitab Bustanul Wa’izhin wa Riyadlul Sami’in, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab Lathaiful Ma’arif, dan Syekh Hasan Muhammad Al-Massyath dalam kitab Is’afu Ahlil Iman bi Wazhaifi Syahri Ramadhan.
Dalam kitab tersebut disebutkan:
مَرَّ الْحَسَنُ الْبَصْرِي عَلَى قَوْمٍ فِي رَمَضَانَ وَهُمْ يَضْحَكُوْنَ وَيَلْعَبُوْنَ فَقَالَ إِنَّ الله جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مُضْمَارًا لِخَلْقِهِ يَسْتَبِقُوْنَ فِيْهِ لِطَاعَتِهِ فَسَبَقَ قَوْمٌ فَفَازُوْا وَتَخَلَّفَ أَقْوَامٌ فَخَابُوْا فَالْعَجَبُ كُلَّ الْعَجَبِ لِلضَّاحِكِ اللاَّعِبِ فِي الْيَوْمِ الَّذِي فَازَ فِيْهِ السَّابِقُوْنَ وَخَابَ فِيْهِ الْمُبْطِلُوْنَ
Artinya, “Suatu saat di bulan Ramadhan Imam Hasan Al-Bashri berjalan melalui sekelompok kaum yang sedang tertawa terbahak-bahak sambil bermain.
Akhirnya beliau berkata: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla menjadikan bulan Ramadhan agar dijadikan momen perlombaan bagi hamba-hamba-Nya untuk melakukan ketaatan.” Maka ada sebagian kaum yang bersungguh-sungguh hingga ia menang, da nada pula yang tertinggal hingga ia kalah. Sungguh sangat mengherankan, jika ada orang yang tertawa dan bermain-main di saat di mana orang yang bersungguh akan memperoleh kemenangan, dan orang yang tertinggal hanya mendapatkan penyesalan.” (Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], juz I, halaman 236).
Kisah inspiratif ini mengajarkan kepada kita semua untuk lebih memaksimalkan waktu-waktu yang ada di bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih baik dan lebih positif, akan kita bisa termasuk pada golongan orang-orang yang menang dalam perlombaan melakukan ketaatan kepada Allah, dan tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan bulan ini sehingga mendapatkan penyesalan. Wallahu a’lam. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Sumber: https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-imam-hasan-bashri-memarahi-kaum-yang-terbahak-bahak-di-bulan-ramadhan-kVo0i