Mamasa-Media Indonesia Times | Kesejahtraan profesi guru non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) alias honorer di berbagai wilayah pelosok Kabupaten Mamasa sangat memprihatinkan. Mereka menerima upah yang tak layak.
Seperti yang di ceritakan Kakek Petrus Pekkaraya yang sudah berumur (102) tahun beralamatkan di Dusun Periangan Desa Periangan Kecamatan Tabulahan. Yang pernah dirinya menjadi guru mulai tahun 1968 di SDN 04 Pereangan Desa Periangan Kecamatan Tabulahan. Bertahan dia disana selama 7 tahun justru tak digaji.
“Karena ikhlas itu kemudian ada orang tua murid yang kasih. Ada yang kasih sembako, sayuran, macam-macam pokoknya”Ucap Kakek Petrus.
Baginya, tentu butuh perjuangan hebat di tengah berbagai keterbatasan. Namun, bagi sosok Kakek Petrus Pekkaraya itu bukan hambatan. Semangatnya tetap membara meskipun upah yang diterimanya jauh dari layak. Karna sebagai guru profesional maka guru harus mempunyai komitmen yang kuat dalam menjalankan tugasnya. Mengajar dengan hati penuh cinta dan kasih sayang sehingga akan mencetak siswa yang akan mencintainya pula, bahkan mengidolakannya serta menempatkannya sebagai sosok yang diseganinya.
Baru kemudian tahun 1974 pernah menerima gaji sebesar Rp. 75000 per triwulan. Tentu saja gaji tersebut tak bisa mencukupi kebutuhan hidup Kakek Petrus dan keluarganya. Namun, meski upah yang saya terima sangat kecil, Kakek Petrus Pekkaraya masih tetap semangat mengajar karena menilai jasa-jasa guru menjadikan anak didiknya orang yang cerdas dan sukses merupakan pekerjaan mulia.
“Saya hanya berharap semua yang saya lakukan akan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa nantinya. Saya menabung untuk masa kekal nanti, Pak,”Jelas Petrus saat di temui Media ini di rumahnya. Jumat 14|4|23
Di tahun 2019 Kakek Petrus menerima lagi gaji sebesar Rp. 1000,000 per triwulan dari dana BOS. Di tahun 2021 Kakek Petrus sudah tidak mengajar karna usianya sudah senja itupun kalau berjalan dengan langkah yang lambang dan agak terhuyung-huyung sambil menggunakan tongkat. Dia merasa sudah tak mampu mengajar dengan baik.
“Saya sudah tiga tahun Pak tidak mengajar karna sudah tidak mampu lagi, itupun kalau saya berjalan harus memakai tongkat. Dan saya merasa senang Pak, karna selama 54 tahun mengabdi untuk negara menjadi tenaga pengajar demi untuk mencetak generasi muda menjadi orang-orang hebat”. Sebutnya yang suaranya hampir tak terdengar karna faktor usia
Tak sedikit tantangan yang dialami Kakek Petrus selama 54 tahun mengabdi sebagai guru honorer, salah satunya pernah mengajar satu hari enam kelas.
Kini, Kakek Petrus hari-harinya diisi dengan kerja kebun dan pelihara sapi. Dari raut mukanya yang sudah keriput Kakek Petrus, tampak semangatnya untuk menjadi guru masih besar. Tapi, apalah daya fisiknya sudah tidak kuat.
Di sela-sela keheningan suasana Kakek Petrus berucap,”Pernah saya di janji Pemerintah Kabupaten Mamasa Pak. Untuk diberikan penghargaan sebagai guru tanpa tanda jasa, tapi sampai sekarang belum pernah terelisasi. Waktu itu, hari pertama kerja Pak Bupati selesai di lantik periode kedua.”Ucapnya yang suaranya terputus-putus nan sendu | Zul