Banyuwangi – Media Indonesia Times| Dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November, Raden, seorang aktivis muda dari Banyuwangi, menyampaikan pandangan kritis tentang kepahlawanan masa kini. Ia menekankan bahwa Hari Pahlawan bukan sekadar untuk mengenang jasa para pahlawan, tetapi juga menjadi momen refleksi akan pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang mereka perjuangkan.
“Perjuangan pahlawan kita yang telah gugur demi bangsa terasa seperti ‘mati dua kali,’” ujar Raden. “Pertama, mereka gugur di medan perang untuk memerdekakan Indonesia, dan kedua, saat melihat pengkhianatan dalam bisnis, politik, budaya, serta berbagai aspek kehidupan lainnya.”
Raden mengungkapkan bahwa sebagian pemimpin dan tokoh masa kini hanya berfokus pada pencitraan, bukan pada pengabdian sejati kepada rakyat. “Pahlawan masa kini adalah pahlawan pencitraan yang mendapat penghargaan demi citra, bukan karena kontribusi nyata,” sindirnya. “Pemimpin yang serakah dan tak bersedia diaudit moral serta kekayaannya, jelas jauh dari nilai kepahlawanan,” tambahnya.
Ia juga mengajak pemerintah, khususnya Pemerintah Banyuwangi, untuk belajar menjadi “pahlawan tanpa modal uang atau senjata” yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi. “Pemimpin sejati siap berkorban demi kemajuan rakyat tanpa berlebihan dalam pencitraan yang akhirnya hanya menambah kesengsaraan masyarakat,” tutup Raden.
Pernyataan keras ini menjadi pengingat bagi seluruh pemimpin dan masyarakat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan pahlawan dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas pencitraan diri.**