Banyuwangi, 23 November 2024 –Media Indonesia Times| Kebakaran besar melanda area perkebunan tebu di Avdeling Purwojoyo, PTPN I Regional 5 Kalitelepak, Banyuwangi, sejak Kamis hingga Jumat (21-22 November 2024). Insiden ini menyebabkan ribuan batang tebu ludes terbakar, dengan kerugian besar yang dikhawatirkan memengaruhi pasokan bahan baku Pabrik gula Glenmore.
Puluhan ribu batang tebu yang terbakar rata dengan tanah meninggalkan dampak signifikan terhadap kualitas dan kuantitas bahan baku gula. Hingga Sabtu (23/11), lokasi kejadian dijaga ketat oleh pihak keamanan dan pekerja perkebunan. Meski demikian, upaya pencegahan terhadap insiden serupa dinilai masih kurang memadai.
Ketua Aliansi Pemuda Peduli Masyarakat (APPM) Banyuwangi, Azmi Rofiq, menyoroti dugaan pelanggaran prosedur dalam pengelolaan perkebunan tebu PTPN I. Rofiq mengungkap bahwa proses panen tebu di kawasan tersebut tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Selain itu, Rofiq juga mengkritisi tindakan pembajakan cepat menggunakan alat berat di lokasi pasca kebakaran, yang dianggap sebagai upaya untuk menghapus jejak pelanggaran. “Langkah ini menimbulkan kecurigaan adanya kelalaian yang ingin ditutupi,” tambahnya.
Lebih lanjut, kebakaran ini tidak hanya memengaruhi target produksi PTPN I, tetapi juga berpotensi mengganggu program swasembada gula nasional. PG Glenmore kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya.
“Ini bukan hanya kerugian bagi perusahaan, tetapi juga ancaman terhadap ketahanan pangan nasional,” tegas Rofiq.
Disisi lain, masyarakat Banyuwangi mendesak pihak PTPN I untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan dan pengelolaan lahan tebu. Selain itu, transparansi dalam penanganan insiden ini sangat diperlukan guna mengembalikan kepercayaan publik.
“Kami juga berharap pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian, segera turun tangan untuk memastikan kejadian seperti ini tidak terulang. Program pengelolaan yang lebih terintegrasi dan pengawasan ketat terhadap SOP adalah kunci,” pungkas Rofiq.
Dengan kerugian yang signifikan dan dampak luas yang ditimbulkan, insiden ini menjadi peringatan penting bagi semua pihak untuk meningkatkan tata kelola di sektor perkebunan, terutama dalam mendukung program strategis nasional seperti swasembada gula.**
(Tim)