Mojokerto – Media Indonesia Times | Setelah lebaran, Paguyuban Rutinan Khotmil Qur’an Banjarsari kembali istiqomah mendoakan leluhur di Makam Umum Dusun Banjarsari, Kedunglengkong, Dlanggu, Mojokerto.
Penanggung Jawab Khotmil Qur’an, Hadi Purwanto, S.T., S.H., M.H. dengan penuh rasa syukur menerangkan, “Alhamdulillah, setelah lebaran kami bisa kembali menjalankan jalur istiqomah dengan khotmil Qur’an dan mendoakan leluhur.” “Mendoakan leluhur merupakan wujud bakti kepada orang tua yang telah berpulang. Doa dari anak yang saleh bagi orang tua yang telah meninggal dunia diyakini dapat memberikan syafa’at kepada mereka. Membaca doa untuk leluhur adalah salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir, selamanya,” ungkap Hadi Purwanto, Minggu (6/4/2025).
Ketua Kegiatan Khotmil Qur’an, Ustad Mukid menyampaikan rasa terima kasih kepada Hadi Purwanto yang telah berperan sebagai penanggung jawab acara ini sehingga saat ini dapat mencapai 11 putaran.
“Dengan demikian, mari kita bersyukur kepada Allah agar senantiasa memberi kita istiqomah dalam menjalankan ibadah. Setelah berpuasa selama satu bulan, hari ini menandai awal yang baru untuk melanjutkan kegiatan rutin setiap bulan, di minggu pertama, yang bertujuan untuk mengirim doa bagi leluhur kita. Bagi yang belum hadir di majelis ini, semoga di bulan berikutnya dapat bergabung bersama kami,” harap Ustad Mukid.
Penasihat Khotmil Qur’an, K.H. Hasan Matori, juga menambahkan, “Hari ini adalah bulan Syawal, dan asal usul halal bihalal di bulan ini berakar dari kisah sahabat Nabi yang cerdas, Hikal. Dikenal karena daya ingatnya yang luar biasa, Hikal mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an dengan cepat. Namun, sayangnya, perlakuan Hikal terhadap tetangga, saudara, dan sahabatnya sering kali terkesan acuh tak acuh.”
“Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui bahwa Hikal berada di ambang sekarat, Abu Bakar As Siddiq menjelaskan bahwa Hikal sangat mencintai Nabi Muhammad SAW. Namun, Hikal tidak memiliki kepedulian terhadap tetangga, teman, atau saudaranya,” jelas K.H. Hasan Matori, seraya mengingat kembali peristiwa tersebut.
“Mendengar hal itu, Nabi Muhammad SAW meminta agar para sahabat memaafkan kesalahan Hikal, namun tidak satu pun dari mereka yang mau melakukannya. Melihat situasi tersebut, Nabi Muhammad SAW bertanya, ‘Siapa yang mencintai aku?’ Semua sahabat dengan kompak menjawab, ‘Saya.’ Nabi Muhammad SAW kemudian berkata, ‘Jika kalian mencintai aku, maka maafkanlah kesalahan Hikal.’ Dengan seketika, semua sahabat akhirnya memberikan maaf kepada Hikal,” ungkap K.H. Hasan Matori dengan semangat.
Dari cerita tersebut, terdapat hikmah yang sangat mendalam. Kita tidak boleh pernah menyepelekan orang lain dan harus senantiasa peduli terhadap satu sama lain.
“Setiap Muslim adalah saudara, dan kita wajib saling memaafkan sekaligus menjaga hubungan baik. Mari kita niatkan kehadiran kita di sini untuk memperoleh barokah, mendapatkan ketenangan hidup, kesehatan, dan ilmu yang bermanfaat,” pesan K.H. Hasan Matori dengan penuh harap. (Bagas)