Sidoarjo – Media Indonesia Times | Pakde Markaban, seorang pria berusia 68 tahun yang lahir di Surabaya, kini menjalani kehidupan yang penuh warna di daerah Desa Gemurung, Kelurahan Gemurung, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Senin (7/4/2025).
Selama satu dekade terakhir, ia telah merintis bisnis yang cukup unik dan menarik perhatian, yaitu penjualan burung Perkutut asli lokal dan Katuranggan asli lokal. Keputusan untuk menjadikan hobinya sebagai sumber penghasilan datang setelah kehilangan pekerjaan utamanya sebagai mekanik komputer di berbagai perusahaan, yang seiring bertambahnya usia menuntutnya untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru ini.
Sejalan dengan itu, semangat Pakde Markaban tidak pudar; ia tetap ulet, jujur, dan sabar dalam melayani maupun menjalin hubungan baik dengan para pelanggan yang datang dari berbagai kalangan.
Setiap hari, Pakde Markaban merawat sekitar 300 hingga 400 burung Perkutut, mencerminkan dedikasi dan semangat luar biasa yang dimilikinya meskipun usia terus bertambah. Proses perawatan yang telaten ini menunjukkan betapa ia menghargai setiap burung yang berada di tangannya, mulai dari memberi pakan hingga memastikan kesehatan mereka.
Burung-burung yang ia jual dan rawat kebanyakan merupakan hasil tangkapan dari para penjaring yang beroperasi di wilayah Sidoarjo, menandakan keterikatan dirinya pada komunitas lokal dan ekosistem di sekitarnya.
Selain fokus pada Perkutut lokal dan Katuranggan, Pakde Markaban juga menawarkan variasi produk burung lainnya, termasuk burung Perkutut Bangkok dari peternak di Sidoarjo. Di samping itu, ia juga melayani permintaan khusus untuk burung seperti terkuku dan puter pelung, serta burung lainnya yang bisa dipesan sesuai keinginan pelanggan.
Keunikan ini tidak hanya menambah portofolio usahanya, tetapi juga menjadikannya tempat tujuan yang berarti bagi para pecinta burung yang mencari keanekaragaman.
Harga satu ekor Perkutut bervariasi, tergantung pada suaranya dan spesiesnya, terutama untuk burung Katuranggan lokal asli seperti Kantong Semar, Lurah, Songgo Ratu, Udan Mas, Cemani, Cahyo Rupo, Kusuma Wicitra, Rondo Semoyo, Rajeg Wesi, Larasati, Mercu Jiwa, Satrio Kinayungan, Jambul Garuda, hingga Rojo Wono dan Banyu Mili. Masing-masing burung ini tidak hanya unik dalam penampilannya, tetapi juga dalam dirinya ada kepercayaan sejak dari nenek moyang karena membawa keberuntungan bagi yang memelihara, sehingga menjadikannya burung Perkutut Katuranggan jadi buruan banyak pecinta burung Perkutut.
Menurut Pakde Markaban, kualitas keaslian semua burung yang dijual dijamin 100 persen asli lokal, sebagai bentuk komitmennya untuk menjaga warisan budaya burung Perkutut di kawasan ini.
Ketika diwawancarai, Pakde Markaban menekankan bahwa untuk menjadi penjual Perkutut yang sukses, seseorang harus berangkat dari kecintaan dan hobi terhadap burung.
Namun, di samping itu, ia juga merasakan tanggung jawab besar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan memberi makan anak serta orangtuanya. “Bagi saya, profesi apapun yang saya jalani harus halal, berkah, dan barokah”, ujarnya dengan penuh keyakinan.
Pakde Markaban menambahkan bahwa setiap pekerjaan pasti memiliki risiko dan tanggung jawab. Ia mengerti pentingnya amanah dalam menjalin kepercayaan dengan setiap pelanggan.
“Orang itu sawang sinawang, yang penting bagi saya adalah amanah, jujur, sabar, dan memberi edukasi yang gamblang kepada para pembeli dengan berbagai macam karakter”, tuturnya, menunjukkan betapa seriusnya ia menjalani profesinya.
Dengan filosofi ini, Pakde Markaban berharap dapat memberikan lebih dari sekadar jual beli; ia ingin membangun sebuah komunitas yang saling mendukung dan berbagi pengetahuan, menciptakan hubungan yang lebih dalam antara pecinta burung dan alam. (Bagas)