Banyuwangi -Media Indonesia Times| Gunung Tumpang Pitu di Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi kini berubah wajah. Lereng yang dulu hijau kini gundul dan penuh luka akibat aktivitas tambang emas. Setiap hari, ledakan (blasting) terdengar menggelegar, menimbulkan keresahan warga sekitar.
“Setiap siang ada ledakan, tanah retak, tanaman rusak, air makin sulit. Tapi pejabat hanya diam,” keluh PN seorang petani setempat.
Bukan hanya lahan pertanian yang terdampak, hasil panen buah naga menurun, sumber air menyusut, dan banjir lumpur kerap mengancam. Nelayan juga mengaku hasil tangkapan ikan berkurang karena aliran sungai dan pesisir tercemar limbah tambang.
Disisi lain, Raden Teguh Firmansyah aktivis Banyuwangi menyebut Tumpang Pitu sebagai contoh nyata kerakusan. “Ini bukan pembangunan, ini perampasan. Alam dirusak, rakyat jadi korban, pejabat hanya menutup mata. Inilah kolonialisme gaya baru,” tegas Raden pada Kamis (2/10).
Meski perusahaan tambang mengklaim melakukan reklamasi, kenyataan di lapangan menunjukkan luka alam yang sulit dipulihkan. Gunung Tumpang Pitu kini menjadi simbol bagaimana kerakusan manusia bisa merusak bumi dan menyengsarakan rakyat.
(Tim Redaksi)