Seluruh wartawan Media Indonesia Times namanya masuk di Box redaksi Klik Disini Untuk Indormasi dan Hak Jawab Klik Ini.
Accept
Media Indonesia TimesMedia Indonesia TimesMedia Indonesia Times
  • Pemerintahan
  • Hukum Dan Kriminal
  • Politik
  • Peristiwa
  • Opini
Search
  • Advertise
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Reading: Perombakan 5 Menteri Kabinet Merah Putih : Implikasi Terhadap Stabilitas Politik Kebangsaan
Share
Sign In
Notification Show More
Media Indonesia TimesMedia Indonesia Times
  • Home
  • Polri
  • TNI
  • Pemerintahan
  • Hukum Dan Kriminal
  • Olah Raga
  • Politik
  • Peristiwa
  • Opini
Search
  • Home
  • Polri
  • TNI
  • Pemerintahan
  • Hukum Dan Kriminal
  • Olah Raga
  • Umum
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Advertise
© 2022 Media Indonesia Times
Media Indonesia Times > Blog > Opini > Perombakan 5 Menteri Kabinet Merah Putih : Implikasi Terhadap Stabilitas Politik Kebangsaan
Opini

Perombakan 5 Menteri Kabinet Merah Putih : Implikasi Terhadap Stabilitas Politik Kebangsaan

Idham Holid
Uploader Idham Holid
Share
6 Min Read

Oleh : Asri Pratiwi Tenggara
Wakin Menteri Koodirnator Politik dan Diplomasi BEM UMJ

Reshuffle kabinet selalu menjadi drama politik yang menyedot perhatian publik, media, hingga pelaku pasar. Ia bukan sekadar soal pergantian wajah di kursi kementerian, melainkan juga menyangkut tafsir atas arah negara dan strategi kepemimpinan nasional dalam menghadapi tantangan kebangsaan. Peristiwa perombakan lima menteri dalam Kabinet Merah Putih baru-baru ini menjadi salah satu episode paling signifikan, karena menyangkut tokoh-tokoh penting yang selama ini dipandang sebagai pilar stabilitas, baik di bidang ekonomi maupun politik.

Nama Sri Mulyani Indrawati, misalnya, bukan hanya seorang menteri keuangan biasa. Ia dikenal sebagai teknokrat yang mumpuni, dihormati di kancah internasional, dan menjadi simbol integritas fiskal Indonesia. Pencopotannya di tengah gelombang protes sosial mengirimkan pesan ambigu. Di satu sisi, publik menafsirkan langkah ini sebagai jawaban atas keresahan rakyat terhadap kebijakan ekonomi yang dianggap elitis. Namun, di sisi lain, investor dan pelaku pasar justru merespons dengan kekhawatiran, karena hilangnya figur kredibel berpotensi memicu instabilitas keuangan. Reaksi pasar yang cukup tajam—turunnya indeks saham dan fluktuasi nilai tukar rupiah—menunjukkan betapa besar dampak politik terhadap ekosistem ekonomi.

Tidak hanya Sri Mulyani, pencopotan Budi Gunawan dari kursi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan juga menimbulkan pertanyaan serius. Posisi yang ia emban menyangkut jantung stabilitas negara: keamanan, hukum, dan politik. Pergantian mendadak di sektor ini mengisyaratkan adanya ketegangan internal atau kegagalan mengendalikan dinamika protes sosial yang meluas. Bagi masyarakat, peristiwa ini bisa dimaknai sebagai tanda bahwa pemerintah sedang mencari wajah baru untuk meredam ketidakpuasan. Namun, bagi kalangan elite politik, ini juga bisa memunculkan tafsir persaingan kekuasaan yang kian tajam.

Berita Lainnya :  Jangan Biarkan Perahu Kita Karam

Dua figur besar ini bukan satu-satunya korban reshuffle. Tercatat pula Dito Ariotedjo, Budi Arie Setiadi, dan Abdul Kadir Karding harus meninggalkan kursi kementeriannya. Kelima menteri ini, jika ditarik dalam garis besar, merepresentasikan spektrum kepentingan yang luas: ekonomi, politik, olahraga, koperasi, hingga perlindungan pekerja migran. Dengan demikian, reshuffle kali ini bukan hanya “operasi minor” yang menyasar sektor tertentu, melainkan operasi besar yang seolah hendak merombak fondasi kepercayaan antara pemerintah dengan rakyat.

Implikasi terhadap stabilitas politik kebangsaan jelas sangat signifikan. Politik Indonesia sejak lama berjalan di atas rel yang rapuh: persaingan elite yang kerap menyingkirkan substansi, serta keresahan rakyat yang sering kali hanya direspons dengan langkah-langkah jangka pendek. Reshuffle lima menteri bisa dibaca sebagai upaya taktis Presiden untuk menenangkan gejolak. Namun pertanyaannya: apakah strategi jangka pendek ini mampu melahirkan stabilitas jangka panjang?

Stabilitas politik kebangsaan sejatinya berdiri di atas dua pilar utama: legitimasi pemerintah dan kepercayaan rakyat. Legitimasi muncul ketika rakyat percaya bahwa pemerintah bekerja untuk kepentingan mereka, bukan sekadar menjaga kepentingan elite. Kepercayaan rakyat lahir ketika mereka melihat kebijakan yang adil, berpihak, dan konsisten. Namun, ketika pergantian menteri dilakukan tanpa penjelasan mendalam, publik rentan menganggapnya sebagai manuver politik semata. Akibatnya, bukannya menumbuhkan kepercayaan, reshuffle justru bisa memperlebar jurang antara pemerintah dan rakyat.

Selain itu, stabilitas kebangsaan tidak bisa dilepaskan dari dimensi ekonomi. Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan: di satu sisi, ada dorongan kuat untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi; di sisi lain, ada keresahan sosial akibat ketimpangan yang semakin nyata. Keputusan mengganti Menteri Keuangan akan sangat menentukan arah fiskal negara dalam menghadapi tantangan global: dari ancaman resesi, ketergantungan pada utang, hingga kebutuhan membiayai program-program sosial yang pro-rakyat. Jika pengganti Sri Mulyani gagal meyakinkan publik dan investor, stabilitas ekonomi bisa terguncang, yang pada gilirannya memperlemah stabilitas politik.

Berita Lainnya :  Bunga Desa: Simbol Kedekatan atau Cermin Ketidakberesan Internal ?

Implikasi dari perombakan ini ibarat dua sisi mata uang. Jika dijalankan dengan visi yang jelas, ia bisa menjadi momentum reformasi yang lebih nyata. Tetapi jika hanya menjadi kalkulasi politik jangka pendek, ia akan meninggalkan luka baru dalam perjalanan bangsa. Stabilitas politik kebangsaan tidak ditentukan oleh seberapa sering menteri diganti, melainkan seberapa konsisten pemerintah meletakkan rakyat sebagai pusat kebijakan.

Di saat Indonesia sedang mengalami gelombang protes politik yang luar biasa, dari kurun waktu 25 Agustus hingga saat ini, mengapa kemudian Presiden Prabowo terkesan lebih mengedepankan kepentingan segelintir elite dan partai, namun minim sumbangsih terhadap gelombang aspirasi rakyat? Padahal, ketika melihat status dan hierarki negara, tentu Presiden merupakan kepala eksekutif yang bisa membantu mendorong semua lembaga yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik, seperti legislatif.

Dengan dorongan dari Presiden sebagai kepala eksekutif, akan memudahkan realisasi tuntutan masyarakat seperti yang sedang ramai di media sosial dalam “17+8 Tuntutan”. Salah satu tuntutannya mungkin mengakhiri dan membatalkan kebijakan kenaikan tunjangan DPR RI yang fantastis dan mengesahkan RUU Perampasan Aset. Namun, dengan adanya kabar politik soal reshuffle lima menteri, publik dibuat bingung. Apakah ini langkah konstruktif Presiden untuk memberikan suasana politik yang lebih baik atau malah menjadi ancaman bagi politik kebangsaan itu sendiri?

Pada akhirnya, perombakan lima menteri Kabinet Merah Putih harus dibaca bukan sekadar sebagai catatan politik harian, melainkan sebagai cermin dari dinamika kebangsaan kita. Cermin itu memperlihatkan betapa rapuh sekaligus tangguhnya bangsa ini: rapuh karena mudah terguncang oleh kepentingan sesaat, namun tangguh karena selalu mampu bangkit di tengah badai. Tugas kita bersama adalah memastikan bahwa setiap reshuffle bukan hanya pergantian nama, melainkan langkah strategis menuju Indonesia yang lebih adil, stabil, dan bersatu.

Berita Lainnya :  APPM : Sekda Definitif Bukan Mie Instant, Tak Perlu Diseduh

Redaksi MIT.

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Berita Sebelumnya Sekda Banyuwangi Guntur Priambodo Imbau Warga Hidupkan Siskamling Jaga Kondusifitas
Berita Baru Update Polres Tanjung Perak Amankan Remaja Kelompok Gangster SSTB dan All Star yang Terlibat Bentrokan di Kalilom Lor Surabaya
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Stay Connected

235.3kFollowersLike
69.1kFollowersFollow
11.6kFollowersPin
56.4kFollowersFollow
136kSubscribersSubscribe
4.4kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Yang Mungkin Anda Cari :

Opini

Malam Mupus Braen Blambangan: Anugerah Cinta dalam Doa yang Disamarkan

25/09/2025
Opini

Miras & Narkotika, Bukan Sekadar Larangan Agama

23/09/2025
Opini

Korupsi Makan-Minum Fiktif: Hidangan Busuk dari Dapur Birokrasi

21/09/2025
Opini

Ayat-ayat Tuhan di Langit Jember

16/09/2025
Show More
Media Indonesia TimesMedia Indonesia Times
Follow US
© 2022 PT. Media Blambangan News | Media Indonesia Times
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?